Magetan – Stok gula di Pabrik Gula (PG) Poerwodadi, Kabupaten Magetan, terus menumpuk dan belum terserap pasar. Kondisi ini memicu keprihatinan DPRD Magetan lantaran dikhawatirkan akan menimbulkan kerugian besar bagi petani tebu. Data terakhir mencatat sekitar 16 ribu ton gula tersimpan di enam gudang tanpa pembeli.
Tumpukan karung-karung gula putih bahkan sudah melebihi kapasitas gudang. Situasi tersebut telah berlangsung selama beberapa bulan dan membuat petani semakin resah. Pasalnya, hasil panen yang seharusnya segera terjual kini tertahan, sehingga perputaran ekonomi petani terhambat.
Banyak petani mengaku belum bisa menerima pembayaran penuh atas hasil tebu yang mereka setor ke pabrik. Jika masalah ini tidak segera diatasi, DPRD menilai dampaknya bisa meluas hingga menurunkan produktivitas sekaligus mengancam kesejahteraan petani pada musim tanam berikutnya.
Ketua DPRD Magetan, Suratno, menegaskan persoalan ini tidak boleh diabaikan. Ia juga menyoroti derasnya arus gula impor yang membanjiri pasar domestik sehingga membuat produk gula lokal sulit bersaing.
“Kehadiran gula impor seharusnya tidak mengorbankan petani lokal. Pemerintah harus segera mencari skema penyerapan maupun distribusi yang lebih adil, agar produksi dalam negeri tetap terjaga,” tegas Suratno.
DPRD Magetan mendesak pemerintah pusat maupun daerah untuk segera mengambil langkah penyelamatan, baik melalui regulasi impor maupun kebijakan penyerapan gula petani. Langkah cepat dianggap penting demi keberlangsungan usaha tani tebu dan stabilitas ekonomi masyarakat Magetan.