Magetan — Di tengah gempuran modernisasi dan teknologi digital, masih ada sosok yang teguh menjaga warisan budaya leluhur. Empu Aji Guna Anom, seorang pembuat keris asal Desa Kedungpanji, Kecamatan Lembeyan, Magetan, menjadi bukti bahwa pusaka tak hanya benda tua, tetapi simbol hidup peradaban.
Empu Aji, yang bernama asli Teguh Budi Santoso, dikenal sebagai generasi ke-19 dari trah empu Mageti, garis keturunan empu yang dipercaya bermula sejak zaman Kerajaan Majapahit. Sejak tahun 2011, ia meneruskan tugas mendiang ayahnya, Empu Paku Rodji, empu ke-16 yang mewariskan keahlian dan falsafah dalam membuat keris.
“Membuat keris bukan sekadar teknis tempa logam. Ada tirakat, puasa, doa, dan niat murni yang harus menyatu di setiap bilah,” ujar Empu Aji.
Setiap keris yang ia hasilkan adalah perpaduan antara logam, energi, dan nilai spiritual. Proses pembuatannya penuh makna, mulai dari pemilihan bahan, pola lipatan logam, hingga ukiran yang masing-masing menyimpan filosofi mendalam. Empu Aji menyebutnya sebagai “roso” — niat murni yang menjadi ruh dari setiap keris.
Karyanya telah melanglang ke berbagai negara seperti Malaysia, Jerman, hingga Amerika Serikat. Para kolektor dan pecinta keris memesan langsung karya Empu Aji, sering kali dengan permintaan khusus. Namun, ia tetap membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapa saja yang ingin belajar, terutama generasi muda.
“Anak-anak muda mulai datang, ingin belajar. Ini pertanda baik, bahwa budaya kita belum benar-benar ditinggalkan,” tambahnya.
Meski dunia telah berubah, Empu Aji tetap setia pada bara api, palu, dan besi. Baginya, keris bukan benda mistis semata, tapi simbol kebijaksanaan, identitas, dan kepribadian Nusantara. Empu sejati, menurutnya, adalah mereka yang mampu merawat nilai dan jiwa peradaban.
“Selama nilai dan niat dijaga, keris akan tetap hidup,” tuturnya dengan penuh keyakinan.
Empu Aji adalah satu dari sedikit empu yang masih bertahan. Sosoknya menjadi pengingat bahwa warisan leluhur tidak akan padam — selama masih ada yang menjaganya dengan cinta dan keikhlasan.