Jelang Idul Adha, Besek Bambu Karya Warga Durenan Magetan Banjir Pesanan

Magetan – Menjelang Hari Raya Idul Adha, para pengrajin besek di Desa Durenan, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, mulai kebanjiran pesanan. Permintaan terhadap wadah tradisional berbahan bambu ini meningkat tajam hingga 50 persen dibandingkan hari biasa, membawa berkah tersendiri bagi warga yang menggantungkan hidup dari kerajinan turun-temurun tersebut.

Desa Durenan dikenal sebagai sentra pengrajin besek dan capil bambu. Hampir setiap rumah di desa tersebut terlibat dalam proses produksi. Besek yang dihasilkan tidak hanya dipasarkan di pasar-pasar lokal, tetapi juga telah menembus pasar luar kota, bahkan hingga ke Pati, Jawa Tengah.

“Menjelang Idul Adha, permintaan naik signifikan. Selain untuk wadah daging kurban, besek juga banyak digunakan untuk membungkus oleh-oleh tradisional seperti lempeng dan tape,” ujar Dwi Efendi, salah satu pengrajin besek.

Dalam sehari, Dwi mengaku mampu memproduksi hingga 10 buah besek dengan berbagai ukuran. Harga besek bervariasi, mulai dari Rp10.000 untuk ukuran kecil hingga Rp60.000 untuk ukuran besar. Bahan bakunya berasal dari bambu apus dan bambu jawa yang terkenal lentur, mudah dibentuk, dan memiliki daya tahan baik. Harga per batang bambu sendiri berkisar antara Rp20.000 hingga Rp25.000.

Tidak hanya menjelang Idul Adha, lonjakan permintaan juga biasa terjadi saat memasuki bulan Suro. Besek digunakan dalam tradisi “sah-sahan” atau pelantikan, sebagai wadah panggang dan pisang. Tradisi ini menjadi bagian penting dalam budaya lokal yang turut menggerakkan roda perekonomian masyarakat.

Di tengah gempuran produk modern, eksistensi besek bambu tetap bertahan. Sentuhan tangan-tangan terampil dari pengrajin Desa Durenan tak hanya melestarikan budaya, tetapi juga menunjukkan bahwa produk lokal masih menjadi pilihan utama dalam momen-momen sakral dan tradisional.

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *