Magetan – Menjelang dimulainya tahun ajaran baru, para penjahit seragam sekolah mulai kebanjiran pesanan. Salah satunya dialami Agung Marsono, pemilik usaha konveksi di Desa Mojopurno, Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan.
Setiap hari, pesanan seragam sekolah berdatangan, tak hanya dari wilayah Magetan, tetapi juga dari daerah sekitar seperti Ngawi, Madiun, hingga Ponorogo.
Meskipun permintaan meningkat dibanding hari-hari biasa, jumlah pelanggan tahun ini sedikit menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut Agung, penurunan ini dipengaruhi beberapa faktor, antara lain kebijakan sekolah yang memberikan kelonggaran kepada siswa untuk memakai seragam bekas kakak kelas, serta proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang masih berlangsung dalam beberapa gelombang.
“Tahun lalu bisa sampai 40 pesanan seragam dalam sebulan. Tahun ini baru sekitar 20,” ujarnya.
Konveksi milik Agung tak hanya melayani seragam sekolah, tetapi juga menerima pesanan seragam TNI, sinoman, dan berbagai jenis pakaian lainnya. Untuk menyelesaikan semua pesanan, ia dibantu oleh empat pekerja rumahan.
Sistem kerja dari rumah ini dipilih agar para karyawan tetap bisa menjalankan tanggung jawab rumah tangga tanpa mengganggu pekerjaan.
Dengan sistem kerja fleksibel, menjaga kualitas jahitan, dan komitmen terhadap pelayanan pelanggan, konveksi ini mampu mempertahankan kepercayaan konsumen dari berbagai daerah.
Tahun ajaran baru menjadi momen berharga bagi pelaku usaha kecil seperti Agung. Ketekunan, ketelitian, dan adaptasi terhadap perubahan menjadi kunci untuk tetap bertahan di tengah dinamika ekonomi dan kebijakan pendidikan yang terus berubah.