PONOROGO – Dari sebuah rumah sederhana di pinggiran Kabupaten Ponorogo, lahir kisah yang menyentuh dan menginspirasi. Avan Ferdiansyah Hilmi, seorang remaja 18 tahun anak penjual es keliling, berhasil menembus salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia: Institut Teknologi Bandung (ITB).
Tak ada furnitur mewah di rumah Avan, tetapi ratusan piala berjajar memenuhi ruang tamu. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Avan aktif mengikuti berbagai lomba akademik, mulai dari sains, matematika, hingga kebumian. Total, lebih dari 100 trofi berhasil ia koleksi dari berbagai kejuaraan. Tak heran, rumahnya dijuluki warga sebagai “toko piala.”
“Saya suka belajar hal baru, dan senang ikut lomba apa pun yang bisa mengasah kemampuan saya,” ungkap Avan saat ditemui di kediamannya.
Perjuangan Avan tak lepas dari dukungan penuh kedua orang tuanya, Eko Yudianto dan Umi Latifah, yang sehari-hari berjualan es putar keliling. Meski penghasilan keluarga terbatas, mereka tak pernah membatasi cita-cita anak semata wayangnya tersebut.
Dengan semangat tinggi dan kerja keras, Avan berhasil diterima di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Ia juga mendapatkan bantuan beasiswa dari program kemitraan industri dan pengembangan diri.
“Kami hanya bisa memberi semangat dan doa. Selebihnya, Avan memang anak yang pantang menyerah,” tutur sang ibu, penuh haru.
Kini, Avan resmi menyandang status mahasiswa ITB angkatan 2025. Baginya, pendidikan adalah jalan untuk mengubah nasib dan membalas perjuangan kedua orang tuanya.