MAGETAN – Di tengah lalu-lalang kendaraan dan riuhnya aktivitas Terminal Gorang Gareng, Kabupaten Magetan, terdapat sosok sederhana yang setiap hari bekerja dengan penuh ketekunan. Dialah Pak Basuki, pria paruh baya yang menjalani dua pekerjaan sekaligus: sebagai penjahit sepatu dan pengisi ulang korek gas sekali pakai.
Setiap pagi, Pak Basuki berangkat dari rumahnya dengan mengayuh sepeda ontel tua yang telah menemaninya lebih dari 15 tahun. Sepeda yang sudah usang itu menjadi saksi semangat hidup dan konsistensinya dalam mencari nafkah.
Sejak tahun 2000, Pak Basuki telah menekuni jasa penjahit sepatu dan sandal. Di sela-sela pekerjaannya menjahit sepatu milik para pelanggan yang datang dari berbagai kecamatan, ia juga melayani jasa isi ulang korek gas sekali pakai. Semuanya ia kerjakan dengan telaten dan penuh kesabaran.
“Sehari bisa mengerjakan empat sampai delapan pasang sepatu. Alhamdulillah, ini cukup untuk menghidupi keluarga,” ujarnya.
Lapak sederhana miliknya berada di trotoar depan Terminal Gorang Gareng, lokasi yang sudah akrab dikenal pelanggan sebagai tempat servis sepatu dan isi ulang korek. Meski hanya beralaskan tikar dan beratap terpal seadanya, tempat ini menjadi tumpuan ekonomi keluarganya.
Dua pekerjaan yang kerap dianggap remeh oleh sebagian orang justru menjadi sumber penghidupan utama bagi Pak Basuki. Dari hasil jerih payahnya, ia mampu menyekolahkan anak-anaknya dan memenuhi kebutuhan rumah tangga.
“Berkeringat bukan aib, dan sepeda ontel bukan tanda kemiskinan. Ini simbol semangat hidup dan kejujuran,” tambahnya.
Di tengah hiruk-pikuk terminal, Pak Basuki hadir sebagai pengingat bahwa kerja keras tidak mengenal status atau kendaraan. Yang penting adalah kejujuran, ketekunan, dan semangat untuk terus bertahan.