Besi dan Warisan: Pak Wahyu Teruskan Profesi Langka di Ngariboyo

MAGETAN – Di tengah laju perkembangan teknologi dan modernisasi, tak banyak yang memilih bertahan pada profesi lama yang mengandalkan kekuatan fisik dan kerja keras. Namun, Wahyu, warga Desa Selopanggung, Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan, justru menempuh jalan berbeda. Ia menjadi penerus profesi pande besi, sebuah pekerjaan tradisional yang kini semakin langka.

Setiap pagi, suara dentingan logam menggema dari bengkel kecil milik Wahyu. Di usianya yang masih tergolong muda untuk profesi ini, Wahyu menekuni kegiatan menempa logam dengan penuh ketelatenan. Keahlian tersebut ia warisi dari ayahnya, seorang pande besi senior yang sudah lebih dulu dikenal masyarakat sekitar.

Dari tangannya, lahir berbagai alat pertanian yang digunakan warga desa. Tak hanya kuat dan tajam, hasil tempaannya juga memiliki nilai seni dan ketekunan tinggi. Di tengah menjamurnya produk pabrikan, karya Wahyu tetap menjadi pilihan utama karena kualitas yang terjaga dan sentuhan personal dari si pembuat.

Dengan harga yang bersaing serta pelayanan langsung dari pembuatnya, Wahyu berhasil mempertahankan kepercayaan pelanggan setia. Bahkan, pesanan tak hanya datang dari wilayah Magetan, tetapi juga dari luar kota.

“Dulu saya belajar dari bapak. Setelah beliau meninggal dunia, akhirnya saya memutuskan untuk meneruskan. Sekarang sudah ada dua cabang dan empat orang karyawan,” ungkap Wahyu.

Menjadi pande besi bukanlah pekerjaan mudah. Suhu tinggi, suara bising, dan beban fisik besar menjadi tantangan sehari-hari. Namun bagi Wahyu, profesi ini bukan sekadar pekerjaan—melainkan warisan keluarga yang sarat makna, sekaligus bentuk dedikasinya dalam melestarikan kearifan lokal yang hampir punah.

Dari bara api yang menyala dan denting logam yang menggema, Wahyu membuktikan bahwa tradisi masih bisa bertahan di tengah derasnya arus zaman.

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *