Melawan Zaman, Perajin di Ponorogo Pertahankan Produksi Tahu dengan Tungku “Jedi”

PONOROGO, JAWA TIMUR — Di tengah kemajuan industri modern yang serba mesin dan instan, seorang perajin tahu di Ponorogo tetap setia mempertahankan cara tradisional dalam memproduksi tahu. Dengan menggunakan tungku kayu bakar atau yang biasa disebut jedi, cita rasa dan aroma khas tahu tradisional tetap terjaga.

Di sebuah dapur sederhana yang dipenuhi asap dan panas bara api, tangan-tangan terampil tak pernah berhenti bekerja. Adalah Pak Samuri, perajin tahu asal Ponorogo, yang sejak puluhan tahun lalu masih bertahan memproduksi tahu secara manual—mengandalkan kekuatan tangan dan keuletan warisan turun-temurun.

Produksi dimulai sejak dini hari. Kedelai direndam, lalu direbus menggunakan tungku jedi. Meski dianggap kuno, metode ini diyakini menghasilkan tahu dengan tekstur lebih lembut dan rasa lebih gurih dibandingkan proses modern.

Dengan peralatan sederhana seperti kayu aduk, saringan kain, dan cetakan kayu, proses produksi dilakukan dengan penuh ketelatenan. Dibutuhkan tenaga fisik dan konsistensi tinggi untuk menyelesaikan produksi setiap harinya.

Hasil produksinya tak hanya dijual di pasar-pasar tradisional, tetapi juga dipasok ke sejumlah warung dan pedagang tahu di wilayah Magetan.

“Walau dihadapkan dengan berbagai tantangan zaman yang semakin modern, saya bertekad meneruskan tradisi membuat tahu ini. Rasa dan aromanya tidak bisa digantikan oleh mesin,” ujar Pak Samuri, perajin tahu tradisional.

Di balik asap dan panasnya tungku, tahu buatan tangan ini menjadi simbol kesetiaan pada nilai-nilai tradisi dan keotentikan rasa yang tidak lekang oleh waktu.

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *