Ponorogo – Bank Sampah Maesojenar yang berada di Desa Plosojenar, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo, menjadi percontohan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Beroperasi sejak tahun 2018, bank sampah ini tak hanya memberi dampak positif bagi lingkungan, tetapi juga mendongkrak perekonomian warga setempat.
Berbeda dari tempat pengumpulan sampah pada umumnya, Bank Sampah Maesojenar dikelola secara bersih, tertata, dan profesional. Di bawah kepemimpinan Muhammad Kusnudin, bank sampah ini mampu mengelola sekitar satu kuintal sampah setiap harinya, yang dikumpulkan dari rumah-rumah warga dan pelaku UMKM sekitar.
Sampah yang masuk telah dipilah terlebih dahulu, kemudian dijual ke pihak ketiga. Sementara itu, sampah organik diolah menjadi produk ramah lingkungan seperti cocpeat, pupuk kandang, dan eco enzyme. Produk hasil olahan ini dimanfaatkan untuk menyuburkan kebun di belakang bank sampah, yang saat ini direncanakan akan ditanami bawang merah.
Tak hanya berperan dalam pelestarian lingkungan, Bank Sampah Maesojenar juga memberikan manfaat ekonomi yang nyata. Lewat kerja sama dengan berbagai lembaga, warga kini bisa menabung emas serta membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan pajak kendaraan bermotor hanya dengan menyetorkan sampah rumah tangga mereka.
“Sampah itu berkah, bukan musibah. Yang penting ada kemauan untuk mengelola dengan benar,” ujar Muhammad Kusnudin, Ketua Bank Sampah Maesojenar.
Meski kini mulai menunjukkan hasil positif, perjalanan bank sampah ini tidak selalu mulus. Kepala Desa Plosojenar, Sutrisno, menyebut pada awal pendirian mereka menghadapi banyak tantangan, mulai dari minimnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah, keterbatasan dana operasional, hingga dampak pandemi Covid-19.
Namun berkat kerja keras pengurus dan partisipasi warga, Bank Sampah Maesojenar mampu bangkit dan berkembang. Bahkan, bank sampah ini tercatat telah menyumbang dana desa sebesar Rp4–5 juta per tahun.
Pemerintah pun turut memberi perhatian. Kementerian Lingkungan Hidup memberikan apresiasi dan berencana menyalurkan bantuan untuk pengembangan lebih lanjut.
“Ke depan, kami ingin mengajukan bantuan mesin pengolah sampah menjadi biji plastik. Ini bisa meningkatkan nilai jual dan membuka lapangan kerja baru,” terang Sutrisno.
Bank Sampah Maesojenar menjadi bukti bahwa pengelolaan sampah yang inovatif dapat memberi manfaat ganda—baik bagi lingkungan maupun perekonomian warga.