NGAWI – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ngawi mencatat masih ada 13 desa di wilayahnya yang masuk kategori rawan terdampak krisis air bersih selama musim kemarau. Meskipun kemarau tahun ini tergolong sebagai kemarau basah, kewaspadaan tetap ditingkatkan guna mengantisipasi potensi kekeringan.
Kepala Pelaksana BPBD Ngawi, Prila Yuda Putra, mengungkapkan bahwa pada tahun 2024 lalu tercatat 23 desa terdampak kekeringan. Namun tahun ini, jumlahnya menurun menjadi 13 desa yang tersebar di 8 kecamatan, yakni Ngawi, Pitu, Bringin, Kasreman, Widodaren, Mantingan, Karanganyar, dan Kedunggalar.
“Berdasarkan koordinasi dengan BMKG, musim kemarau tahun ini diprediksi berlangsung hingga Agustus dengan curah hujan yang masih ada, meskipun menurun,” jelas Prila Yuda, Senin (24/6/2025).
BPBD Ngawi saat ini telah menyiagakan tiga armada truk tangki berkapasitas 5.500 liter untuk mendukung distribusi air bersih. Pemerintah desa yang wilayahnya mulai mengalami kesulitan air bersih diminta segera mengajukan permohonan dropping air melalui mekanisme resmi.
Langkah mitigasi ini dilakukan sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi dampak kemarau, agar kebutuhan dasar masyarakat, terutama air bersih, tetap terpenuhi.
Selain kekeringan, BPBD juga mewaspadai potensi bencana lain seperti pohon tumbang dan angin kencang, yang biasa terjadi selama musim kemarau basah.
“Kami mengimbau warga tetap waspada terhadap kondisi cuaca ekstrem, dan segera melapor jika ada kondisi darurat di lingkungannya,” tambah Prila Yuda.
Dengan penurunan jumlah desa terdampak dari tahun sebelumnya, BPBD berharap kolaborasi aktif antara pemerintah desa, masyarakat, dan instansi terkait dapat semakin meningkatkan ketahanan wilayah terhadap bencana kekeringan.