Musim Kemarau, Petani di Ngawi Mulai Beralih Menanam Tembakau

NGAWI — Menghadapi musim kemarau yang membuat pasokan air terbatas, sejumlah petani di Desa Babadan, Kecamatan Pangkur, Kabupaten Ngawi memilih beralih menanam tembakau sebagai solusi alternatif. Tembakau dinilai lebih tahan terhadap kondisi kering dan tidak membutuhkan irigasi sebanyak tanaman padi.

Salah satu petani setempat, Supardiyono, mengungkapkan bahwa setiap musim kemarau sekitar 30 persen atau setara 29 hektare lahan pertanian di desanya ditanami tembakau. Ia menyebutkan, beberapa wilayah memang kesulitan mendapatkan air untuk irigasi, sehingga menanam padi tidak memungkinkan.

“Saat ini usia tanam tembakau rata-rata baru sekitar satu bulan, dan sebagian masih dalam tahap penanaman,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa untuk menjaga kualitas, para petani rutin membersihkan lahan dari rumput dan gulma.

Harga jual tembakau kering rajang saat ini juga dinilai cukup menguntungkan, berkisar antara Rp45.000 hingga Rp52.000 per kilogram. Harga tersebut diperoleh berkat adanya kemitraan dengan pihak pembeli.

Supardiyono menjelaskan, dari satu hektare lahan tembakau, petani bisa mendapatkan hasil panen antara 1,5 hingga 2 ton tembakau kering. “Hasil ini jauh lebih menguntungkan dibandingkan menanam padi di musim kemarau,” tambahnya.

Musim kemarau yang kian panjang tampaknya semakin mendorong para petani di wilayah Ngawi untuk memilih tanaman yang lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan, seperti tembakau, demi menjaga produktivitas dan pendapatan mereka.

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *