NGAWI – Di tengah gempuran era digital, masyarakat Desa Mangunharjo, Kecamatan Ngawi, tetap setia melestarikan tradisi leluhur: Nyadran atau Sedekah Bumi. Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur warga atas limpahan hasil panen dan berkah kehidupan selama satu tahun terakhir.
Ribuan warga dengan antusias mengikuti kirab budaya yang dimulai dari rumah kepala desa. Enam gunungan berisi hasil bumi seperti sayuran, buah-buahan, dan palawija diarak menuju sebuah situs bersejarah yang diyakini sebagai makam pendiri desa. Di lokasi tersebut, warga menggelar doa bersama yang dipimpin kepala desa dan para sesepuh.
Puncak acara menjadi momen yang paling dinantikan: perebutan gunungan oleh ribuan warga yang meyakini bahwa hasil bumi dari gunungan membawa berkah. Suwarti, salah seorang warga, mengaku senang bisa ikut serta dalam tradisi tahunan ini.
“Saya percaya, mendapatkan sayur dari gunungan ini bisa membawa berkah untuk keluarga saya,” ujarnya.
Kepala Desa Mangunharjo, Suprapto, menjelaskan bahwa tradisi Nyadran merupakan warisan budaya yang terus dijaga setiap tahun.
“Ini murni dari swadaya warga, dari tingkat RT. Tujuannya tidak hanya sebagai rasa syukur, tapi juga mempererat kerukunan dan kebersamaan antarwarga,” terangnya.
Tradisi Nyadran tak hanya menjadi penanda identitas budaya lokal, tetapi juga mengandung nilai spiritual, kebersamaan, dan gotong royong yang patut dijaga di tengah modernisasi.