MAGETAN – Cuaca ekstrem kembali berdampak pada sektor pertanian di lereng Gunung Lawu. Di Desa Sidomukti, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, para petani tomat mengalami kerugian besar akibat tanaman mereka gagal berkembang. Produksi panen turun drastis hingga mencapai titik terendah dalam beberapa musim terakhir.
Kondisi ini dipicu oleh cuaca yang tidak stabil dalam beberapa pekan terakhir. Suhu yang berubah-ubah, curah hujan tinggi, serta peralihan iklim yang cepat membuat tanaman tomat tidak dapat tumbuh dengan optimal. Dalam situasi normal, petani mampu menghasilkan hingga tiga ton tomat dalam satu masa panen. Namun kali ini, hasil panen merosot tajam menjadi hanya sekitar empat kwintal.
Minimnya hasil panen diperparah oleh fluktuasi harga di pasaran. Harga tomat yang naik turun tidak menentu membuat pendapatan petani semakin terhimpit. Hasil panen yang sedikit tidak mampu menutup biaya produksi, mulai dari pupuk, perawatan, hingga tenaga kerja, sehingga sebagian petani terancam gulung tikar.
Tidak banyak pilihan yang dimiliki petani, mengingat kondisi lahan di wilayah tersebut dinilai lebih cocok untuk tanaman sayuran dan kurang ideal bagi padi atau jagung yang lebih tahan cuaca ekstrem. Para petani berharap ada perhatian dan dukungan dari pemerintah untuk membantu meringankan beban kerugian serta menyediakan solusi jangka panjang bagi pertanian di daerah rawan cuaca ekstrem.

