MAGETAN – Ibu-ibu di Desa Sumberagung, Kecamatan Plaosan, memanfaatkan waktu luang untuk menjalankan usaha sampingan sebagai pengrajin tas belanja anyaman. Kerajinan ini mulai berkembang sejak masa pandemi COVID-19 dan kini mampu menghasilkan ratusan produk setiap minggunya. Selain menambah penghasilan keluarga, aktivitas ini juga menjaga keterampilan tradisional yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Usaha pembuatan tas belanja anyaman ini muncul setelah banyak warga yang sebelumnya menganyam caping mulai beralih ke pembuatan tas yang dinilai lebih praktis dan memiliki permintaan pasar yang stabil. Proses produksi dilakukan di rumah masing–masing sehingga para ibu tetap bisa menjalankan peran domestik sembari tetap produktif secara ekonomi.
Dalam satu minggu, para pengrajin dapat memproduksi antara 150 hingga 200 tas belanja. Harganya pun cukup terjangkau, mulai dari Rp7.500 hingga Rp12.000 per buah, tergantung ukuran dan tingkat kerumitan anyaman. Pemasaran dilakukan melalui pengepul lokal, pedagang di pasar tradisional, hingga pembeli yang membeli langsung untuk kebutuhan tas belanja ramah lingkungan.
Salah satu pengrajin, Bu Wati, mengatakan bahwa usaha ini cukup membantu ekonomi keluarga terutama saat kondisi lapangan pekerjaan semakin ketat.
“Alhamdulillah bisa untuk menambah pemasukan. Dikerjakan di rumah, sambil mengurus anak dan pekerjaan rumah tangga,” ujarnya.
Para pengrajin berharap ke depannya kerajinan tas belanja dari Desa Sumberagung semakin dikenal luas dan mampu membuka peluang ekonomi kreatif yang lebih besar.
Dengan kontribusi ibu rumah tangga melalui kerajinan ini, desa tidak hanya menjaga tradisi anyaman tetap hidup, tetapi juga mendorong peningkatan ekonomi masyarakat setempat.

