Kerajinan Bambu Desa Dero, Usaha Turun-Temurun yang Menghidupi Warga


Ngawi – Di sepanjang Jalan Sawo, Desa Dero, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi, deretan rumah tampak sibuk dengan aktivitas unik. Di teras-teras sederhana, tangan-tangan terampil warga tengah merangkai bilah-bilah bambu menjadi berbagai perlengkapan rumah tangga.

Mayoritas warga di kawasan ini menekuni usaha sampingan membuat kerajinan dari bambu. Dari pekerjaan yang diwariskan turun-temurun ini, mereka mampu mengantongi penghasilan tambahan hingga jutaan rupiah setiap bulannya.

Saminem (50), salah satu pengrajin anyaman bambu, menuturkan bahwa kerajinan ini telah menjadi bagian dari kehidupan warga Desa Dero sejak lama. Produk yang dihasilkan beragam, mulai dari tumbu, kukusan, cikrak, hingga perlengkapan rumah tangga lain. Dalam sehari, Saminem mampu membuat sekitar 10 tumbu berbagai ukuran dengan harga jual Rp5.000 hingga Rp10.000 per buah.

Ia tidak bekerja sendiri. Sang suami, Musthofa (52), bertugas mencari bahan baku berupa bambu apus dari desa tetangga. Selain itu, Musthofa juga membantu memasarkan hasil kerajinan, termasuk karya pengrajin lain yang dikumpulkan di rumah mereka. Dari penjualan tersebut, pasangan ini memperoleh keuntungan sekitar Rp15.000 untuk setiap 10 produk, atau sekitar Rp3 juta hingga Rp4 juta per bulan.

Kerajinan bambu dari Desa Dero tak hanya dijual di pasar lokal, tetapi juga dipasarkan ke berbagai daerah seperti Ngawi, Madiun, dan Magetan.

“Kerajinan ini sudah ada sejak zaman orang tua kami. Alhamdulillah, sampai sekarang masih bisa membantu perekonomian keluarga,” kata Saminem sambil merapikan anyaman bambu di tangannya.

Bagi warga Desa Dero, kerajinan bambu bukan sekadar pekerjaan. Ia adalah warisan budaya, identitas desa, dan sumber rezeki yang terus mengalir dari generasi ke generasi.

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *