Saat Kemarau, Warga Desa Pendem Jadi Penambang Pasir Tradisional untuk Bertahan Hidup

MAGETAN – Musim kemarau kerap menjadi tantangan bagi masyarakat pedesaan, terutama mereka yang menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Namun, hal berbeda dilakukan warga Desa Pendem, Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan. Demi menyambung hidup di tengah sepinya aktivitas bertani, sejumlah warga memilih menjadi penambang pasir tradisional.

Salah satunya adalah Mbah Semi. Selama 15 tahun terakhir, ia rutin menambang pasir di aliran sungai yang terletak tak jauh dari rumahnya setiap kali musim kemarau tiba. Dengan peralatan sederhana, ia menyaring pasir dari tumpukan batu dan kerikil.

“Kalau musim banjir pasirnya banyak, tapi kalau kemarau seperti ini, pasir bercampur krikil dan batu, jadi harus disaring dulu,” ujar Mbah Semi saat ditemui JTV, Kamis (24/07/2025).

Pekerjaan ini membutuhkan waktu dan tenaga ekstra. Untuk mengumpulkan satu bak pick-up pasir, Mbah Semi bisa menghabiskan waktu hingga satu minggu, tergantung kondisi pasir di sungai. Harga satu bak pasir berkisar Rp200 ribu, sedangkan untuk batu bisa mencapai Rp250 ribu. Meski lebih murah, pasir cenderung lebih banyak diminati pembeli.

Meski berat dan tergantung pada cuaca, warga tetap menjalaninya dengan penuh semangat. Aktivitas ini menjadi bukti semangat bertahan hidup masyarakat pedesaan yang tak pernah padam, meski harus bekerja di bawah terik matahari dan sungai yang mulai mengering.

Selain menjadi sumber penghasilan tambahan, kegiatan menambang pasir secara tradisional ini juga menjadi bentuk adaptasi warga menghadapi perubahan musim yang memengaruhi ekonomi desa.

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *